AMBARAWA: Siapa yang gak kenal kota ini, hayooo ? Dalam
kurun waktu setahun ini, nama Ambarawa selalu muncul terkait kampanye
besar-besaran dari unit Heritage - PT Kereta Api Indonesia (Persero)
yang mengelola Museum Kereta Api Ambarawa.
Museum ini merupakan saksi sejarah perkeretaapian
nasional sehingga harus betul-betul dijaga sehingga kronologis dan penghargaan
tertinggi kita tujukan kepada para pendahulu, yang sudah mengeksekusi rencana
dan mewujudkannya. Butuh impian besar !
Hari
Minggu 09/11, dalam rangka kampanye dukungan revitalisasi
jalur rel Tuntang - Ambarawa, pihak CorComm Daop 4 Sm, EAB dan
komunitas pecinta alam Ambarawa, mengadakan kegiatan Lomba
Lintas Alam dan Susur Rel di petak jalan antara Ambarawa - Tuntang,
dengan diikuti oleh 330 peserta yang berasal dari siswa/i mulai tingkat sekolah
dasar hingga sekolah menengah tingkat atas.
Acara diisi dengan penanaman pohon, bersih-bersih di
sekitar jalur rel dan gerak jalan menelusuri jalur rel lama. Diharapkan dengan
kegiatan ini, bisa menggugah peran aktif masyarakat di sekitar Ambarawa dalam
mendukung perkembangan perkeretaapian di Tanah Air.
Setidaknya menginspirasi generasi muda untuk mengetahui
sejarah kereta api (KA) dan mengkoneksinya dengan semangat perubahan
jaman. Barvo !
Terlampir juga, tambahan informasi seputar Ambarawa dan
semoga bermanfaat. Bravo Ambarawa.
--- quote ---
Minggu,
09/11/2014 16:01:00 WIB
(artikel)
Kereta Uap Ambarawa, Lorong Waktu Menuju Masa Lalu
Widiarto Dwi
Pracoyo - d'Traveler
detikTravel
Community -
Menaiki kereta
ini seakan membawa kita pergi menelusuri lorong maktu menuju masa lalu. Kereta
uap zaman dahulu ini masih bisa digunakan dan siap untuk mengajak Anda
berkeliling menikmati Ambarawa ala tempo dulu. Seru!
Indonesia adalah
salah satu negara yang memiliki sejarah panjang, salah satu cara menikmatinya
adalah dengan menaiki kereta uap di Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah.
Sembari dibawa melewati alam yang masih asri, wisatawan seakan melewati lorong
waktu.
Stasiun Ambarawa
adalah salah satu saksi sejarah perkeretaapian Indonesia. Ambarawa menjadi
salah satu jalur yang cukup sibuk di Pulau Jawa pada waktu itu. Seiring dengan
perkembangan zaman, rute kereta api yang melewati Ambarawa pun tidak digunakan,
akhirnya Stasiun Ambarawa berubah fungsi menjadi Museum Kereta Api Ambarawa.
Bangunan stasiun
yang sudah berusia ratusan tahun ini masih kokoh berdiri dengan megahnya. Saat
ini terdapat beberapa koleksi lokomotif di Ambarawa yang sebagian besar adalah
lokomotif tua berwarna hitam buatan Eropa. Selain itu, museum ini menawarkan
pengalaman wisata yang sangat spesial yaitu wisata kereta uap.
Wisata kereta
uap adalah salah satu wisata yang dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (PT
KAI). Untuk menaiki kereta uap, wisatawan harus melakukan reservasi terlebih
dahulu karena wisata kereta uap memerlukan persiapan ketika akan digunakan.
Wisata kereta
uap ini memiliki 2 rute yaitu relasi Ambarawa-Bedono yang berjarak sekitar 20
km dan relasi Ambarawa-Tuntang yang berjarak 10 km pulang pergi. Saat ini rute
kereta uap Ambarawa-Bedono sedang dalam tahap renovasi dan revitalisasi jalur
sehingga untuk rute ini masih belum dapat dijalankan. Rute yang ditawarkan
adalah relasi Ambarawa-Tuntang yang memakan waktu kurang lebih 1,5 jam pulang
pergi.
Pagi hari,
lokomotif buatan Jerman ini sudah tampak dipersiapkan. Tumpukan kayu bakar
sebagai bahan bakar sudah menggunung, uap yang mendesis pun mulai terdengar
dari suara air yang dipanaskan. Lokomotif buatan Jerman ini telihat masih
sangat gagah meski dibuat pada tahun 1902. Hebatnya lagi, hanya ada 2 lokomotif
sejenis di dunia yang masih bisa berjalan yaitu lokomotif di Ambarawa dan
lokomotif di India.
Lokomotif hitam
itu dirangkai dengan 3 gerbong yang juga sama klasiknya. Gerbong dengan kursi
kayu berhadapan dan tanpa jendela itu seakan membawa aroma masa lalu. Rangkaian
kereta yang menampung sekitar 70 orang penumpang itu pun bergerak perlahan
menuju ke Tuntang, sebuah stasiun kecil yang terletak di dekat Rawa Pening,
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Laju kereta yang
tidak terlalu kencang, membuat angin sepoi-sepoi masuk ke dalam gerbong
penumpang. Lintasan di sekitar Stasiun Ambarawa terlihat agak padat dengan
rumah. Namun, saat ini area di sekitar rel akan mulai direlokasi dan dibuat
steril dari bentuk bangunan.
Tak lama
kemudian, pandangan mata pun dimanjakan dengan pemandangan alam yang
menakjubkan. Hamparan sawah dilatarbelakangi dengan bukit-bukit begitu indah.
Wisatawan yang duduk di gerbong penumpang akan merasakan sensasi bagaikan
melakukan perjalanan di masa lampau.
Beberapa
penumpang pun asyik duduk di belakang masinis untuk melihat cara kerja masinis
menangani lokomotif klasik ini. Perlahan-lahan perjalanan pun semakin mendekati
Rawa Pening. Ya, jalur rel ini berjalan tepat di samping Rawa Pening, sebuah
danau yang terkenal dengan legenda Baru Klinting. Pemandangannya pun makin
beragam dan makin seru!
Kereta akan
berhenti di Stasiun Tuntang selama kurang lebih 20 menit untuk memutar
lokomotif ke belakang. Hal ini cukup unik karena kereta akan menarik rangkaian
gerbong namun berjalan mundur. Kesempatan ini digunakan oleh para penumpang
berfoto di dalam gerbong di Stasiun Tuntang yang juga bergaya klasik.
Setelah diputar,
kereta pun ditarik mundur kembali ke Stasiun Ambarawa. Perjalanan yang masih
ditemani jeritan peluit klasik yang melengking ini tak memakan waktu terlalu
lama hingga akhirnya sang lokomotif membawa rangkaian kembali sampai di Stasiun
Ambarawa.
Sebuah
perjalanan yang mengasyikkan, seakan membawa kita memasuki lorong waktu
merasakan apa yang dulu dirasakan oleh kakek dan nenek kita.
--- unquote ---
Sumber : CorComm PT KAI / Kredit Foto : CorComm PT KAI - detik travel.
[English Free Translation]
Who does not know this city? During the period of this
year, the name always appears associated with Ambarawa’s massive campaign of
Heritage units - PT Kereta Api Indonesia (Persero) which manages Ambarawa
Railway Museum.
No comments:
Post a Comment