JAKARTA: Nama
Kurniadi Atmosasmito tak bisa
dilepaskan dari sukses turnaround PT KAI. Bersama para seniornya, ia merupakan
tokoh yang membantu PT KAI menemukan masa depan yang kembali cerah setelah
bertahun-tahun dirundung awan gelap. Sebagaimana tugasnya, Kurniadi fokus
menjaga keuangan agar KAI bisa untung dan tumbuh,
“Sebelum
masuk, pada 2008, KAI rugi Rp 83 M.
Selama 65 tahun rugi terus atau kalau untung, tak pernah signifikan. Paling
labanya hanya Rp 5-6 M. Begitu saja terus. Sejak kami masuk, terus kami benahi
sehingga untung,” katanya. Tahun 2014, keuntungan bersih sudah signifikan: Rp 943 M.
“Tahun ini
target kami gila-gilaan, net profit Rp
1,5 T, hampir 2 kali lipat,” ungkapnya. Dalam 3 tahun terakhir, setiap
tahun rata-rata bisnis KA bisa tumbuh 19%. Salah satu langkah besarnya: strategi
investasi kereta.
Tahun 2008,
ketika Kurniadi dkk masuk, KAI mengalami penurunan aset. Perseroan tinggal
memiliki 352 loko, sedangkan wagon (KA barang) hanya 3.500 unit. Artinya,
kemampuan perusahaan mendapatkan revenue semakin turun, sedangkan kewajiban
bertambah.
Karena itu,
diputuskan untuk melakukan investasi. Saat ini, jumlah lokomotif KAI sudah
bertambah menjadi 454 unit & wagon menjadi 6.300 unit. Pertumbuhan yang
signifikan. Tentu saja, prosesnya tak semudah menguntai kalimat. Terutama,
perlu mengubah pola pikir awak KAI.
Saat awal
bertugas, ia dan tim juga membuat keputusan besar untuk menaikkan gaji
karyawan. “Di saat awal ada pertanyaan besar: kami nggak ada uang, tetapi ingin
menaikkan gaji karyawan. Pilihannya, karyawan dipaksa kerja keras dulu agar
revenue naik atau gaji mereka dinaikkan dulu baru disuruh kerja keras?”
katanya. Ini seperti sindrom mana yang lebih dulu: telur atau ayam.
“Akhirnya,
kami ambil kesimpulan: gaji karyawan dinaikkan dulu secara bertahap untuk
mengangkat semangat kerja mereka,” katanya. Uang untuk menaikkan gaji karyawan
diperoleh dari berbagai efisiensi.
“Contohnya,
sebelumnya kami beli sesuatu melalui calo sehingga harga jauh lebih mahal, maka
saya bilang, kita harus beli langsung ke pabriknya. Dari itu, kami banyak
sekali memperoleh uang penghematan dan itu bisa untuk menaikkan gaji karyawan,”
ujarnya.
Sejak menjadi
Dirkeu PT KAI, Kurniadi sudah melakukan banyak hal. Diantaranya, membangun
sistem akuntansi & transaksi pembayaran dengan SAP, menjalankan keuangan
korporasi, membenahi capital budgeting, serta mengembangkan strategi pendanaan
megaproyek dengan bank dan memperbaiki aspek treasury perusahaan.
Salah satu
pencapaiannya, KAI memperoleh kredit investasi untuk pembiayaan capex dengan
status direct loan dari Bank Ekspor
Impor Amerika Serikat sebesar US$94
M di tahun 2014.
“Ini
merupakan bagian yang penting karena ini menyangkut nama KAI. Ini adalah
pinjaman pertama KAI dari US Ex-Im Bank tanpa jaminan pemerintah. KAI merupakan
BUMN pertama yang memperoleh direct loan dari US Ex-Im Bank tanpa garansi
pemerintah,” kata Kurniadi bangga.
Kurniadi
bercita-cita PT KAI bisa tumbuh semakin kuat. Laba bersih diharapkan tumbuh berkelanjutan dari Rp 1,5 T di 2015 menjadi Rp 2,5 T pada 2019. Aset perusahaan meningkat berkelanjutan
dari Rp 20 T di 2015 menjadi Rp 40 T pada 2019.
Sebuah ambisi
besar yang tentunya layak didukung para pemangku kepentingannya mengingat
perusahaan ini punya dampak besar bagi transportasi massal negeri ini.
Sumber :
Majalah "SWA", edisi 30 Juni-8 Juli 2015.
Catatan,
Rujukan lain
tentang profil Direktur Keuangan PT KAI, silahkan baca : [KU-144/2015] Kisah di Gerbong Duit KAI. Profil Mengenai Direktur
Keuangan PT KAI, Kurniadi Atmosasmito – edisi 26 Mei 2015.
[English Free
Translation]
Kurniadi Atmosasmito’s
name can not be separated from the successful turnaround of PT Kereta Api
Indonesia (Persero) or PT KAI. Together with their seniors, he is a figure who
helped PT KAI find the bright future after so many years overshadowed by dark
clouds. As his duties, Kurniadi focus on maintaining company’s financial which
can profit and continue to grow in the coming years.
No comments:
Post a Comment