Jakarta - Ignasius Jonan membuka lebar peluang
karir saat menjabat Direktur Utama PT
Kereta Api Indonesia (Persero). Sistem reward dan punisment diberlakukan.
Tidak memandang usia dan level pendidikan, Jonan melakukan pengangkatan hingga
rotasi jabatan secara cepat.
Pegawai
dengan kinerja kinclong akan dipromosikan, sedangkan kinerja turun atau
bermasalah maka akan dicopot tanpa padang bulu. Lewat pola karir tersebut,
Subakir, seorang pegawai KAI yang mengawali karir sebagai juru langsir atau
parkir kereta hingga penjaga palang pintu bisa memiliki peluang menduduki
posisi direktur di salah satu anak usaha KAI, yaitu PT Kereta Api Logistik (KA Log).
"Maret 1983 saya diterima di KAI. Saya
diterima sebagai pelaksana di stasiun besar Sidotopo (Surabaya). Di sana tugas
pokok penjaga pintu perlintasan di Jalan Kenjeran, terus dinas juru langsir
alias tukang parkir kereta, juru rumah
sinyal, juru wesel, PPKA, dan menjadi
staf kepala stasiun Sidotopo selama 14
tahun. Jadi 14 tahun itu jadi pelaksana (petugas paling bawah)," kata
Subakir saat ngobrol santai bersama detikFinance di Kantor Pusat KA Log,
Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa (24/3/2015).
Jabatan
sebagai direktur diperoleh dari hasil uji kelayakan dan kepatutan (fit and
proper test) yang ketat. Pria yang kini berusia 52 tahun itu telah melewati jenjang karir yang cepat, semasa Jonan
menjabat Dirut KAI. Ia akhirnya dipercaya sebagai Direktur Operasi PT KA Logistik.
"Saat
dilantik sebagai VP Pengendali di
KAI Pusat, saya diperintahkan untuk ikut fit and proper test di UI (Universitas Indonesia). Di situ mulai
jam 08.00-21.00. Dari hasil fit and proper, ternyata saya duduki ranking
pertama. Setelah saya pengendali Kru KA selama 1,5 bulan, kemudian saya
dimutasi jadi Dir Ops (Direktur
Operasional) PT KA Logistik bulan Agustus 2014 saat periode terakhir Pak
Jonan," terang Subakir.
Tanpa Jonan,
kesempatan menjadi pimpinan atau direktur sangat tipis bahkan bisa dibilang
mustahil. Apalagi Subakir hanya mengenyam pendidikan sampai Sekolah Menengah
Atas (SMA). Meski berbekal ijazah SMA, Subakir berusaha dan berkomitmen bekerja
dengan total. Artinya, gaya kerja Subakir harus di atas rata-rata sarjana.
"Kalau
sarjana nggak mampu kerja ya langsung di-grounded, sehingga perputaran pegawai
cepat. Kalau nggak ada putaran ini, kita nggak mungkin (bisa jadi direktur) dan
kita sudah terbuang," ujarnya.
Selain
melakukan perombakan manajemen karir, KAI pada periode Jonan melakukan
peningkatan kesejahteraan karyawan. Dari gaji pas-pasan, Jonan menaikkan level
kesejahteraan karyawan KAI di atas rata-rata. Meski gaji dinaikkan, perusahaan
justru untung. Padahal saat gaji rendah, KAI malah mengalami kinerja keuangan
negatif.
"Begitu
kita kembangkan struktur organisasi dengan perimbangan karir, ternyata membuat
pendapatan atau keuntungan cukup besar. Dari rugi jadi laba selama 2008 neraca
rugi. Saat perubahan Pak Jonan masuk ke sana cukup cepat," jelasnya.
Kesempatan
pengembangan karir di perseroan dirasakan oleh semua karyawan KAI, termasuk
mantan bawahan Subakir. Ia mengaku banyak bawahannya yang kini memiliki karir
cemerlang, mulai manajer hingga Vice President.
"Staf
saya banyak berubah. Waktu itu saya Kepala Stasiun. Staf saya sekarang dia jadi
VP, yang manajer juga banyak," tutur Subakir.
Sumber :
detik.com, 24.03.15 / Foto : Adjeng Putri.
[English Free
Translation]
Ignasius
Jonan open wide career opportunities when he was Director of PT Kereta Api Indonesia
(Persero). Reward & Punishment system enforced. Regardless consider of age
and level of education, Jonan made rapid rotation. One example is Subakir who
now serves as Operations and Marketing Director PT KALOG.
No comments:
Post a Comment