Pada
editorial Media Indonesia tanggal 6 April 2015 menampilkan judul “Negara Ketinggalan Kereta” yang
membahas mengenai perumpamaan “ketinggalan kereta” sebagai sebuah pernyataan
yang menunjukkan keterlambatan dalam mengikuti perkembangan jaman yang ada.
Dalam editorial tersebut juga disebutkan bahwa ada beberapa hal yang
“ketinggalan kereta” di Indonesia ini, misalnya penggunaan tabung gas sebagai
sarana distribusi gas ke masyarakat, padahal di negara lain sudah menggunakan jaringan gas perumahan yang biayanya
hanya 30% dari biaya gas tabung.
Selain
itu, editorial tersebut juga membahas mengenai wacana tol laut yang selama ini didengungkan oleh Pemerintahan Jokowi – JK. Sebagai
wacana, editorial tersebut memunculkan data yang menarik bahwa dalam hal
pengangkutan barang dari Tokyo – Miyagi
(Jepang) dengan jarak 720 KM sudah
mencapai 52%. Fakta lain,
transportasi dari Rorvik – Bodo
(Norwegia) dengan jarak 550 KM mencapai
48%. Akan tetapi, untuk Jakarta – Surabaya (Indonesia) dengan
jarak 800 KM hanya mencapai angka 9%.
Fakta
dalam editorial tersebut menunjukkan bahwa Indonesia saat ini masih terpaku
oleh sistem yang diterapkan pada jaman tahun 1990-an. Di masa keemasan industri
pada masa itu, pemerintah membangun sangat banyak infrastruktur jalan yang
gunanya untuk menghubungkan akses antar kota utamanya di Pulau Jawa ini. Dengan
adanya fasilitas jalan yang baik, maka para pemilik usaha berlomba-lomba untuk
membeli kendaraan angkut sendiri guna mengantarkan produk yang dihasilkannya ke
tujuan.
Masa
itu merupakan surga bagi para pemilik kendaraan, dikarenakan fasilitas angkutan
publik seperti kereta api dan kapal pengangkut belum bermetamorfosis seperti
saat ini. Kereta api pada masa itu masih dikelola dalam bentuk Perusahaan Jawatan (PJKA), yang tidak
memiliki orientasi bisnis, sehingga seringkali pelayanan pelanggan bukan
menjadi perhatian utama bagi perusahaan tersebut.
Seiring
dengan berjalannya waktu, tanpa disadari jumlah kendaraan semakin bertambah,
dimana pada sisi lain kapasitas jalan pun semakin terbatas dan Pemerintah
semakin sulit memperluas jaringan jalan tersebut dikarenakan alasan harga yang
sudah semakin mahal dan sulit dilakukannya pembebasan lahan. Dengan kondisi
tersebut, saat ini sudah banyak sekali ditemukan berita terjadinya kemacetan
parah dalam perjalanan dari Jakarta – Surabaya, atau sebaliknya. Kemacetan
tersebut membuat pengiriman barang yang tadinya nyaman, lambat laun menjadi
sebuah kesulitan tersendiri bagi pemilik bisnis.
Di
sisi lain, dengan telah bertransformasinya perusahaan kereta kpi dari jawatan
menjadi persero, menjadikan
perusahaan ini mempunyai daya saing yang kuat untuk dapat melakukan
repositioning dalam melaksanakan bisnisnya.
Direktur Utama KAI yang saat ini menjabat sebagai Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan,
selalu mengedepankan pentingnya penerapan 5
nilai utama di PT. KAI (Persero) yaitu integritas,
professional, keselamatan, inovasi, dan
pelayanan sebagai kunci untuk dapat mengejar ketertinggalan kereta yang
selama ini telah terjadi di KAI.
Konsistensi
penerapan 5 nilai utama di PT. KAI (Persero) tersebutlah yang nantinya dapat
menunjukkan bahwa kereta api akan menjadi salah satu moda transportasi darat
yang dapat mendukung tercapainya biaya transportasi yang mempunyai daya saing
dalam menghadapi MEA 2015.
Kesungguhan
PT. KAI (Persero) ini ditujukkan dengan cara memberikan dukungan penuh kepada PT
Kereta Api Logistik (KALOG) sebagai anak perusahaan yang dikhususkan untuk
menerapkan 5 nilai utama dalam menjalankan bisnis transportasi barang. Apalagi
saat ini KALOG telah melakukan banyak terobosan dan inovasi untuk meningkatkan
keselamatan dan pelayanan kepada konsumen.
Dengan
5 nilai utama yang akan diterapkan di kereta api dan anak perusahaannya, maka
seharusnya Negara tidak lagi “ketinggalan kereta” dalam mengadaptasi perubahan
iklim bisnis dan persaingan yang sudah semakin global, akan tetapi Negara akan
memacu kereta untuk dapat tampil menjadi solusi untuk dapat bersaing di era
globalisasi ini.
Oleh
: VP Quality Assurance & Internal Control PT KALOG - Erwin Suryadi,
06.04.15.
[English
Free Translation]
Is
it true that this country amid confusion and less promising national railway
industry? Only time will tell. An article from the VP QA & IC PT KALOG
which highlighted similar issues. Enjoy the article.
No comments:
Post a Comment