JAKARTA: Apa hubungannya antara batu bara dengan kereta api ? Jawabannya bisa beragam tergantung dari perspektif mana kita melihatnya.
Namun, kalau dilihat dari perspektif sejarah boleh dibilang ada pergeseran hubungan antara batu bara dan kereta api (KA).
Ketika kereta api masih menggunakan teknologi lokomotif uap, batu bara merupakan salah satu bahan bakar utama untuk mendidihkan air di dalam tungku lokomotif uap. Dorongan uap dari ketel raksasa itu kemudian diteruskan oleh piston untuk menggerakkan roda lokomotif.
Bisa dibilang urat nadi kegiatan bisnis perkeretaapian sangat mengandalkan eksistensi batu bara.
Namun, kehadiran teknologi lokomotif diesel pasca Perang Dunia I atau sekitar 1914 telah mengubah bisnis perkeretaapian di dunia, apalagi secara komersial lokomotif diesel berbahan bakar solar tersebut mulai digunakan secara komersial di Amerika Serikat tahun 1930-an.
Apakah hubungan mesra antara batu bara dengan kereta api lantas putus begitu saja. tidak, karena sejak lama kereta api juga merupakan alat transportasi andalan para perusahaan tambang batu bara. Bahkan ketika teknologi kereta api masih menggunakan lokomotif uap, kereta api juga merupakan alat transportasi andalan bagi tambang batu bara.
Maklum, penggunaan angkutan KA untuk baru bara jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan moda angkutan darat lainnya. Sekadar ilustrasi, satu gerbong KKBW (istilah gerbong batu bara) milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) mampu mengangkut hingga 53 ton batu bara.
Bandingkan dengan truk Mitsubishi yang hanya berdaya angkut maksimal 15 ton barang. Artinya, kapasitas angkut dua gerbong batu bara setara 7 truk Fuso.
Di Sumatra KA sudah lama diandalkan sebagai pengangkut batu bara yang lebih dikenal dengan nama KA Babaranjang (singkatan dari batu bara rangkaian panjang). Satu set KA Babaranjang bisa menghela 50-60 gerbong batu bara atau sekitar 2.650-3.180 ton baru bara.
Bayangkan kalau batu bara sebanyak itu harus diangkut dengan armada truk Fuso. Paling tidak dibutuhkan 177-212 truk untuk membawanya ke sentra pelabuhan batu bara. Belum lagi faktor waktu tempuh ketika infrastruktur jalan buruk.
Gebrakan PTBA
Dengan kata lain, keberadaan angkuta KA batu bara sangat membantu delivery channel perusahaan tambang batu bara. Itulah sebabnya, PT Bukit Asam (Tbk) tahun 2018 berani mematok volume penjualan 85-90 juta ton baru bara. Angka itu hampir 7 kali lipat dibandingkan dengan volume penjualan tahun lalu sebesar 13,5 juta ton.
Direktur Utama PT Bukit Asam (PTBA) Milawarma mengatakan peningkatan tersebut ditopang oleh pembangunan proyek jalur kereta api pengangkut batu bara dan PLTU yang saat ini dalam proses pelaksanaan.
"Tahun 2018 kami menargetkan mampu menjual sekitar 85 juta sampai 90 juta ton dengan penambahan pembangunan infrastruktur," ujarnya ketika berbincang dengan wartawan di Tanjung Enim, Kamis (19 Januari) malam.
Milawarma mengatakan saat ini PTBA memiliki satu jalur kereta api yang telah eksisting. Kereta tersebut mampu mengangkut batu bara hingga 22,7 juta ton/tahun yakni 2,7 juta ton ke Kertapati dan 20 juta ton ke Tarahan.
Namun, sambungnya, pengangkutan penuh baru dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 2,5 tahun ke depan di mana tahun 2011 volume angkutan baru sekitar 11,5 juta ton/tahun.
Untuk mencapai target tersebut, saat ini PT KAI tengah melakukan pembelian lokomotif gerbong dan pembangunan jalur semi double track (jalur semi ganda).
Selain itu, konsorsium PTBA juga sedang melakukan proses pembangunan proyek kereta api Transpasific dari Tanjung Enim ke Lampung dengan panjang 307 km. Kereta tersebut, mampu mengangkut batu Saat ini, progres proyek telah memasuki restrukturisasi tambang untuk kemudian dilanjutkan dengan pembebasan lahan dan proses konstruksi.
"Lahan baru uji coba satu segmen sambil menunggu restrukturisasi tambang, target 2015 awal bisa diselesaikan sehingga 2016 sudah dapat dipergunakan mengangkut 25 juta ton batu bara," ucap Milawarma.
Dia menambahkan PTBA juga tengah menunggu realisasi proyek pembangunan kereta api Adani dengan jarak 270 km dari Tanjung Enim ke Tanjung Api Api. Dalam proyek tersebut, PTBA tidak ikut dalam konsorsium namun siap memasok batu bara dengan kapasitas 35 juta ton pertahun.
"Tahun 2018 diharapkan dapat beroperasi sehingga bisa menambah penjualan 35 juta," ujar Mila yang baru saja diangkat menjadi Dirut pada akhir tahun lalu.
Menurutnya, penambahan penjualan tidak hanya dari penambahan proyek kereta api tetapi juga pembangunan PLTU Mulut Tambang 'Banjarsari' dengan kapasitas 2x110 megawatt. Melalui pembangunan PLTU tersebut, penjualan PTBA bisa bertambah 1 juta ton/tahun. "Bulan Juli sudah groundbreaking, sekarang sedang tahap konstruksi 2013 target telah selesai dan 2014 sudah dapat digunakan."
Di samping itu juga tengah dibangun PLTU Mulut Tambang 'Banko Tengah' berkapasitas 2x620 megawatt. PTBA akan mensuplai batu bara dan diharapkan dapat menambah 4 juta ton/tahun pada 2016.
Sementara itu untuk target penjualan tahun ini, Dia mengatakan perseroannya membidik penjualan sebesar 18,6 juta ton pertahun dari penjualan tahun lalu 13,5 juta ton.Target volume produksi 16,3 juta ton naik dari tahun lalu 12,9 juta ton, dan volume 15,6 juta ton naik dari tahun 2011 11,5 juta ton.
Sekretaris Perusahaan PTBA Hananto Budi Laksono mengatakan total sumber daya batubara PTBA di Tanjung Enim mencapai 6,36 miliar ton, sementara cadangan tertambang 1,37 miliar ton.
Dengan beroperasinya seluruh infrastruktur pada 2018, PTBA dapat menjual hasil produksi mencapai hingga 90 juta ton/tahun.
Ketika ditanya berapa target pendapatan PTBA dengan adanya peningkatan kapasitas tersebut, dia mengatakan hal tersebut tidak dapat diprediksi. Pasalnya, harga penjualan batubara sangat fluktuatif . "Kita tidak bisa menyampaikan karena harga itu tidak linier," katanya.
Terlepas dari soal harga, lonjakan volume penjualan sudah di depan mata, karena memang sudah sepantasnya kegiatan tambang batu bara di Sumatra memaksimalkan angkutan KA batu bara untuk mendongkrak volume penjualan. (Sutarno/sut)
Sumber : Bisnis Indonesia, 22.01.12.
[English Free Translation]
The use of the new coal railway transport is much more economical compared to other land transport modes. Just for illustration, one KKBW owned by PT Kereta Api Indonesia (KAI) capable to transport up to 53 tons of coal.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
[KU-179/2021] Dirut KAI Commuter Mukti Jauhari Tutup Usia
Bisnis.com, JAKARTA - Keluarga besar KAI Group khususnya KAI Commuter hari ini berduka. Direktur Utama KAI Commuter Mukti Jauhari meningg...
-
Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menawarkan tarif khusus untuk rute tertentu pada kedua kereta api baru, y...
-
Apa sih R6 ? Istilah ini dipergunakan di lingkungan usaha PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan anak perusahaannya (selama ini), dalam hal peng...
-
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menunjuk Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)...
No comments:
Post a Comment