SEMARANG
: Jalur KA berpenampang gerigi, antara Stasiun
Jambu dan Stasiun Bedono, di Kab. Semarang, Jawa Tengah, bukan cuma
langka karena hanya dimiliki 3 negara di dunia. Rel itu juga jadi saksi jejak
sejarah perdagangan hasil bumi di perbukitan Kedu utara.
Kini,
jalur itu dihidupkan lagi guna memantik wisata sekaligus romansa. Manajer Museum PT KAI Eko Sri Mulyanto mengatakan
awalnya, jejak sejarah jalur kereta Ambarawa-Bedono
tak lepas dari aktivitas militer kolonial.
Stasiun
Ambarawa merupakan stasiun pangkalan transportasi serdadu Belanda ke sejumlah
pos penjagaan, seperti Bedono, Tuntang, dan Secang. Dalam buku Selayang Pandang Sejarah Perkeretaapian
Indonesia, lokomotif beroda gerigi di ruas Ambarawa-Bedono didatangkan dari
pabrikan Esslingen, Jerman.
Dengan
lokomotif ini, tingkat kecuraman 65%
bisa dilalui meski kecepatan terbatas 10 km/jam. Kayu jati dipakai untuk
memanaskan ketel air hingga menghasilkan uap. Saat ini masih tersisa 3 (tiga) lokomotif
jenis B25 di Ambarawa. Selain B2502 dan B2503, seri B2501 jadi monumen
statis di Monumen Palagan Ambarawa.
Sumber
: Kompas, 05.11.16 / Foto : Pelosok Nusantara.
[English
Free Translation]
Railway
lines patterned serration, between Jambu Station and Bedono Station, in the
district. Semarang, Central Java, not just rare because only owned by three
countries in the world. The rail also witness the history of commercial crops
in the hills of northern Kedu.
No comments:
Post a Comment