JaKaRTa
: Upacara ritual tahunan ini udah berlangsung lama di lingkungan PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan
afiliasinya. Tahun ini, penyelenggaraan upacara 17 Agustus 2016 berlangsung di Daop
dan Divre masing2. Anak
perusahaan ikut area Daop / Divre terdekat
Di
Jakarta, bertempat di halaman parkir Stasiun
Gambir Jakarta, dilaksanakan upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI ke- 71 yang diikuti oleh SM/ M, PD, SHE, Polsuska,
Asman, siswa BPPT dan semua anak perusahaan beserta jajaran yang melebur jadi
satu di Gambir.
Bertindak
selaku pembina upacara HUT Kemerdekaan
RI di Stasiun Gambir, yakni D1,
yang sekaligus membacakan amanat Direktur Utama PT. KAI ( Persero ) yang
menekankan pada, "tantangan apapun yang kita hadapi saat ini harus kita
jawab dengan memfokuskan diri pada kerja nyata secara mandiri dan berkarakter,
sebagai wujud kepedulian insan Kereta
Api untuk Bangsa".
Prosesi
Upacara HUT Kemerdekaan RI berjalan dengan tertib dan khidmad. Seperti biasa
usai upacara, mayoritas peserta berfoto selfie ato foto bareng di halaman parkir,
hingga perjalanan pulang ke kantor ato mampir di warung sepanjang perjalanan.
Apalagi KALOGers, beuuuuh !
Bahkan
saat mo nyebrang di depan kantor KALOG,
ada rombongan tim sepatu roda sedang menggelar aksi sambil menyanyikan lagu
bertemakan perjuangan yakni Hari Merdeka
- karya H. Mutahar.
Dengan
semangat perjuangan, ayo kita teruskan cita2 para pejuang dimasa lalu, dengan
menggelar karya yang berguna bagi kehidupan nusa dan bangsa tercinta.
Setidaknya menanam bibit integritas dan jujur bagi generasi selanjutnya.
Yang bikin salut. Walau berada di dekat lokasi tambang batubara namun untuk menghormati jasa2 para pahlawan. Pagi ini diadakan upacara khusus di stockpile SCT pimpinan Riestu Rimba. Begitu juga yang tengah berada di suatu tempat, tetap menghormati Merah Putih.
Yuuuk
kita simak foto2 KALOGers ngapain aja setelah upacara peringatan HUT RI ke-71
karena selama upacara khan gak boleh berisik dan kudu ngikutin ritual secara
khidmat.
M
E R D E K A !
(berikut ini kami tampilkan sebuah tulisan yang gak memuat
siapa penulisnya, mohon ijin. red)
"BANGSA INI
DIBANGUN OLEH BAPAK-BAPAK BANGSA YANG TIDAK
PENDENDAM"
Perhatikan
komentar Buya Hamka atas pemenjaraan
dirinya oleh Bung Karno, *"Saya
tidak pernah dendam kepada orang yang menyakiti saya. Dendam itu termasuk dosa.
Selama dua tahun empat bulan saya ditahan, saya merasa semua itu merupakan
anugerah yang tiada terhingga dari Allah kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Kitab Tafsir Al-Qur’an 30 juz. Bila bukan dalam tahanan, tidak
mungkin ada waktu saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan itu.”
Meskipun
secara politik berseberangan, Soekarno tetap menghormati keulamaan Hamka.
Menjelang wafatnya, Soekarno
berpesan, “Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat
jenazahku…”
Meskipun
banyak yang tak setuju, Buya Hamka dengan ikhlas memenuhi wasiat Soekarno
memimpin shalat jenazah tokoh yang pernah menjebloskannya ke penjara itu.
Bangsa
ini dibangun oleh para negarawan yang tegas tapi santun ...
Karena
kritiknya yang tegas pada Orde Baru,
Mohammad Natsir bersama kelompok Petisi
50 dicekal. Natsir dilarang untuk melakukan kunjungan luar negeri seperti
mengikuti Konferensi Rabithah Alam
Islami. Bahkan Natsir tidak mendapat izin untuk ke Malaysia menerima gelar
doktor kehormatan dari Universiti
Kebangsaan Malaysia dan Universiti Sains Pulau Pinang.
Di
balik kritik yang ia lancarkan, ia tetap bersikap santun. Misalnya pada
beberapa kali perayaan Idul Fitri, ia selalu saja hadir dalam acara silaturahmi
di kediaman Soeharto di Cendana,
meskipun keberadaannya seringkali tidak ditanggapi oleh Soeharto saat itu.
Bahkan
bukan hanya bersikap santun, ia secara sadar juga turut membantu pemerintahan
Orde Baru untuk kepentingan pemerintah sendiri. Misalnya, ia membantu mengontak
pemerintah Kuwait agar dapat menanam modal di Indonesia dan meyakinkan
pemerintah Jepang tentang kesungguhan Orde Baru membangun ekonomi.
Bangsa
ini berdiri karena para founding fathers yang toleran dan penuh empati ...
Prawoto Mangkusasmito, Ketua Umum
Masyumi
setelah Mohammad Natsir, hidup sangat sederhana bahkan tak punya rumah. Ketua Umum Partai Katolik Indonesia, IJ
Kasimo berinisiatif menginisiasi urunan untuk membelikan rumah bagi Prawoto.
Bangsa
ini besar karena kesederhanaan pemimpinnya.
Bung Hatta pernah punya mimpi untuk membeli
sepatu Bally. Dia menyimpan
guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya. Ia kemudian menabung,
mengumpulkan uangnya sedikit demi sedikit agar bisa membeli sepatu idaman
tersebut.
Namun,
apa yang terjadi ?
Ternyata
uang tabungan tidak pernah mencukupi untuk membeli sepatu Bally. Uang
tabungannya terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu
orang-orang yang datang kepadanya guna meminta pertolongan.
Alhasil,
keinginan Bung Hatta untuk membeli sepasang sepatu Bally tak pernah kesampaian
hingga akhir hayatnya. Bahkan, yang lebih mengharukan, ternyata hingga wafat,
guntingan iklan sepatu Bally tersebut masih tersimpan dengan baik.
Bangsa
ini kokoh karena pemimpinnya menjunjung fairness ...
Ketika
hubungan Soekarno dan Hatta merenggang, beberapa orang yang pro Soekarno tidak
mencantumkan nama Hatta pada teks proklamasi. Soekarno dengan marah menegur, “Orang
boleh benci pada seseorang ! Aku kadang-kadang saling gebug dengan Hatta !!
Tapi menghilangkan Hatta dari teks proooklaamaasii, itu perbuatan pengecut
!!!”.
Hari
ini kita menentukan apakah bangsa ini jadi pemenang atau pengecut.
Jadi
besar atau kerdil.
Jadi
pemaaf atau pendendam.
Jadi
penuh empati atau suka menghakimi.
Jadi
penyebar damai atau penebar fitnah.
Yang
akan menentukan masa depan bangsa ini bukan hanya siapa yang terpilih, tapi juga
bagaimana sikap pendukungnya.
Bukan
hanya menghargai siapa yang menang, tapi juga mengapresiasi mereka yang berjiwa
besar menyikapi kekalahannya.
Selamat
ulang tahun kemerdekaan ke 71 Indonesia-ku.......
M E
R D E K A. !
Catet tuh, catet !
Sumber
: KALOG / Foto : RAM.
[English
Free Translation]
In
Jakarta, located in the parking lot of Gambir Station Jakarta, PT Kereta Api
Indonesia (Persero) held 71st memorial ceremony of Independence Day,
followed by all employees Daop 1 Jak and staffs, representatives of the holding
company and subsidiary companies. MERDEKA !
No comments:
Post a Comment