Hari ini, Minggu 11/09/11, saya berencana pulang ke Palembang, dari kota Lahat. Berangkat jam 10.00 dengan melintasi Muara Enim, Prabumulih dan kota-kota antara ditengahnya. Yang mengejutkan saat melewati kampus Universitas Sriwijaya (Unsri) di Indralaya, sekitar jam 16.00-an.
Udara serasa tambah panas dan awan serasa pekat. Betul saja, dalam perjalanan menuju Kertapati, ditengah areal alang-alang, jalan aspal yang baru saja diperbaiki, kabut tebal berwarna putih menyelimuti jalur jalan diselingi kibasan api sekali-sekali.
Entah siapa yang membakar atau memang karena suhu panas yang menyebabkan terjadinya kebakaran dan asap putih tersebut. Di republik ini serba susah ketahuan dari mana asal api, seperti halnya dari mana asal isu korupsi.
Berikut ini , kebetulan ada cuplikan artikel di koran nasional, terkait isu hujan buatan agar cuaca panas bisa sedikit diminimalisir dan areal persawahan atau perkebunan yang memerlukan air bisa terpuaskan dahaganya. SUMATERA SELATAN, Anda layak disemprot dengan hujan buatan !
Manusia dan tanaman, sama-sama ciptaan Allah SWT, membutuhkan perhatian, udara, air dan hal-hal penting untuk hidup. Jadi tetap berdoa agar yang selama ini dinikmati tetap bisa disyukuri. Jangan menunggu sampai air bersih habis, begitu juga hutan gundul.
Salam, RAM
--- quote ---
[KU-062/2011] Kemenhut : Hujan Buatan Sangat Mendesak
JAKARTA: Kementerian Kehutanan menegaskan hujan buatan mendesak dilaksanakan untuk memadamkan hotspot (titik api) di Kalimantan Tengah, Riau, dan Sumatra Selatan.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan Kementerian Kehutanan Noor Hidayat mengatakan jumlah hotspot di tiga provinsi itu sudah banyak. Berdasarkan data Kemenhut mengenai sebaran hotspot, Sumatra Selatan memiliki 2.396, Riau 3.011, dan Kalimantan Tengah 970.
"Ini mendesak. Tidak hanya bisa mengandalkan regu di darat saja, maka harus diturunkan regu udara dengan cara hujan buatan," katanya kepada Bisnis hari ini.
Menurutnya, pemadaman hotspot lewat jalan udara dapat dilakukan dua cara. Kedua cara itu yakni modifikasi iklim lewat hujan buatan dan pemboman air dengan helikopter. Pada 2006 Indonesia pernah meminjam helikopter dari Rusia untuk memadamkan kebakaran lewat pemboman air.
"Sekarang kita pakai cara hujan buatan karena kita tidak punya pesawat pemboman air itu," ucap Noor.
Dia menjelaskan hujan buatan di Sumatra Selatan, Riau, dan Kalimantan Tengah akan dijalankan pada 12 September, bukan 10 September seperti yang diutarakan sebelumnya. Tanggal 12 September dipilih karena pengiriman bahan-bahan untuk mewujudkan hujan buatan baru sampai pada 10 September. Pengirimannya dilakukan dua hingga tiga hari lalu.
"Seperti garam untuk hujan buatan baru dikirim tiga hari lalu lewat jalan darat. Hujan buatan kan harus tunggu bahan," kata Noor.
Dari satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Kementerian Kehutanan menyatakan total hotspot hingga 6 September 2011 sebanyak 19.845 hotspot yang menyebar di 4.435 titik hutan (22.35%) dan di 15.410 titik lahan (77,65%). (sut)
Sumber : Bisnis Indonesia, 09.09.11.
[English Free Translation]
Artificial rain is needed and very urgent, said Ministry of Forestry.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
[KU-179/2021] Dirut KAI Commuter Mukti Jauhari Tutup Usia
Bisnis.com, JAKARTA - Keluarga besar KAI Group khususnya KAI Commuter hari ini berduka. Direktur Utama KAI Commuter Mukti Jauhari meningg...
-
Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menawarkan tarif khusus untuk rute tertentu pada kedua kereta api baru, y...
-
Apa sih R6 ? Istilah ini dipergunakan di lingkungan usaha PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan anak perusahaannya (selama ini), dalam hal peng...
-
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menunjuk Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)...
No comments:
Post a Comment